30 July 2014
Agung Laksono (kiri) yang kini menjadi 'brutus'nya Ical (kanan)?
TEMPO.CO , Jakarta: Koordinator Pusat Eksponen Tri Karya Golkar, Zainal Bintang, menyatakan usaha Wakil Ketua Umum Golkar, Agung Laksono, untuk menduduki kursi ketua umum tak akan mulus. Zainal meyakini Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie akan menghadang Agung. "Ical punya slogan abal-abal, asal Agung Laksono. Ini semacam sikap bersama antara Ical dan orang-orang ring satu di sekitarnya untuk menghadang Agung," kata Zainal ketika dihubungi Tempo, Rabu 30 Juli 2014. (Baca: Agung Laksono Akan Bawa Golkar Gabung ke Jokowi)
Saat menghadiri open house di Istana Negara, Senin lalu, 28 Juli 2014, Agung menyatakan siap menggantikan Ical. Agung mengaku telah mendekati sejumlah pengurus Golkar provinsi untuk menggalang dukungan. Zainal mengatakan, salah satu cara Ical menghadang Agung dengan mengusung Airlangga Hartarto. Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat itu, kata Zainal, menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong 1957. Agung adalah ketua organisasi ini. "Agung punya satu perahu untuk maju dalam memperebutkan posisi ketua umum," kata Zainal. Karena alasan tersebut, Zainal mengatakan, Ical mengusung Airlangga untuk memecah suara Agung di Kosgoro 1957. "Langkah Agung akan terhambat," ucapnya. Zainal menyatakan, peluang Airlangga untuk menjadi orang nomor satu di partai pohon beringin terbuka lebar. Faktor dukungan Ical, menurut Zainal, bisa jadi penentu.
http://ift.tt/1rIDQi0
Agung Laksono Optimistis Gantikan Ical
Senin, 28 Juli 2014 | 16:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya Agung Laksono menyatakan siap menggantikan posisi Aburizal Bakrie alias Ical sebagai Ketua Umum Golkar. Agung mengaku telah mendekati pengurus Golkar di daerah. "(Pendekatan) sudah rutin dilakukan selaku Wakil Ketua Umum Golkar atau Ketua Umum Kosgoro," kata Agung di Istana Negara, Senin, 28 Juli 2014. (Baca juga: Arah Koalisi Golkar Ditentukan Ketua Baru)
Menurut Agung, partainya bakal menggelar musyawarah nasional pada Oktober 2014. Dia yakin musyawarah nasional itu akan melahirkan ketua umum baru. Namun musyawarah nasional masih menanti rapat pimpinan nasional yang akan menjadi ajang evaluasi hasil pemilu legislatif dan pemilu presiden. Agung yakin pergantian ketua umum partai beringin bisa diadakan dalam musyawarah nasional. "Tak perlu munas luar biasa, cukup musyawarah nasional biasa saja," ujarnya.
http://ift.tt/1nUWrcu
Agung Laksono Akan Bawa Golkar Gabung ke Jokowi
Senin, 28 Juli 2014 | 16:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Golongan Karya Agung Laksono menyatakan siap berkoalisi dengan pemerintahan Jokowi-JK. Menurut Agung, koalisi dengan Jokowi-JK mungkin terjadi jika dia menjadi Ketua Umum Golkar. "Kita tak bisa bicara tidak (berkoalisi). Bisa saja itu terjadi," kata Agung di Istana Negara, Senin, 28 Juli 2014.
Agung menuturkan arah koalisi partai beringin bakal ditentukan setelah terpilihnya ketua umum baru. Dia yakin ketua umum baru akan mengubah haluan koalisi yang semula mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menjadi mendukung Jokowi-JK. "Selama ini Ical (Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie) arahnya Koalisi Merah Putih. Tapi itu bisa berubah kalau pemimpinnya berubah," ujar Agung.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu pun optimistis menggantikan Ical. Agung mengaku sudah mendekati pengurus Golkar tingkat provinsi untuk menggalang dukungan.
http://ift.tt/1rIDQi4
Akbar Tanjung sebut cuma Munaslub yang bisa percepat Ical lengser
Selasa, 29 Juli 2014 04:09
Akbar Tandjung
Merdeka.com - Sejumlah elite Partai Golkar yang dipimpin Ginandjar Kartasasmita sudah melakukan manuver politik agar Musyawarah Nasional Partai Golkar bisa dipercepat menjadi Oktober tahun ini. Munas adalah forum tertinggi Golkar, yang salah satunya bertujuan untuk pergantian ketua umum, yang dalam konteks ini adalah Aburizal Bakrie (Ical).
Namun, menurut mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung, tidak ada alasan konstitusional yang mengharuskan Munas dipercepat. "Karena pada Munas lalu (2009) telah merekomendasikan Munas yang akan datang berlangsung pada tahun 2015," kata Akbar usai menemani Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima Prabowo Subianto di rumahnya Jl Ki Mangunsarkoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (28/7). "Jadi Munas yang akan datang akan diadakan pada tahun 2015. Jika Munas dilakukan tentu harus melakukan perubahan rekomendasi Munas lalu," imbuh Akbar.
Dewan Penasihat Prabowo-Hatta ini menjelaskan, yang mungkin untuk mengubah rekomendasi tersebut adalah melalui Munas Luar Biasa (Munaslub). Namun, kata Akbar, "Munas Luar biasa membutuhkan persyaratan yang cukup ketat." Dia memaparkan, Munaslub membutuhkan syarat dukungan sekurang-kurangnya 2/3 provinsi. "Yang saya ketahui sebagian besar dari 2/3 provinsi tersebut menginginkan Munas diadakan tahun depan dan tidak menginginkan adanya Munaslub, karena tidak ada alasan dilakukannya Munas Luar Biasa," ujar Akbar.
http://ift.tt/1rIDQi6
Akbar Minta Ical Lengser Usai Pilpres
Kamis, 22 Mei 2014 - 10:55:20
teRaspos - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung meminta agar pelaksanaan musyawarah nasional untuk melengserkan posisi Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dilakukan usai Pemilu Presiden 2014. Ical ditetapkan sebagai Ketua Umum dalam munas tahun 2009. Sesuai anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Golkar, jabatan Ketua Umum hanya 5 tahun.
Namun, dalam pertemuan di Pekanbaru pada 2009 itu, direkomendasikan bahwa masa jabatan Aburizal 6 tahun, yakni sampai Januari 2015. Tetapi Akbar Tandjung mengatakan bahwa pelaksanaan munas bisa dipercepat usai Pilpres. Dia beralasan, banyaknya perbedaan pendapat di internal Golkar soal periode jabatan Ical, harus segera dibicarakan di munas untuk mengkaji sah atau tidaknya keputusan di Pekanbaru.
Akbar berpendapat, munas bisa langsung diselenggarakan pada Juli 2014, karena jadwal pilpres yang hanya satu putaran. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono juga mengatakan perlu segera menetapkan Ketua Umum baru. Agung Laksono sudah dideklarasikan maju dalam bursa calon Ketua Umum Partai Golkar oleh ormas Kosgoro
http://ift.tt/1nUWpRX
Ical: Saya belum mau lengser
Kamis, 24 Jul 2014
MERDEKA.COM. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie hakul yakin partainya bakal solid di dalam koalisi Merah Putih pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Ical menganggap deklarasi koalisi permanen beberapa waktu lalu sudah 'mengunci' partai pimpinannya. Selain itu, Ical pun tak merasa khawatir banyak desakan agar dirinya mundur dari kursi pimpinan Golkar. Padahal, beberapa kader sudah mendorong dilakukannya Musyawarah Nasional (Munas).
Banyaknya dorongan itu, Ical pun mempertanyakan kapasitas para kader tersebut. "Gitu saja kok ribut. Punya hak suara nggak mereka. Tetep, punya hak suara nggak yang mendorong? Nggak kan, nggak punya hak suara. Daerah-daerah juga nggak mau Munas (dipercepat)," kata Ical di kantor DPP PKS, Jakarta, Kamis (24/7).
Menurut bos Ical, Munas Golkar bakal sesuai jadwal, yakni pada tahun 2015 nanti. Namun, ketika disinggung soal nasib Golkar setelah dirinya lengser dari ketua, Ical mengaku belum mau turun sebagai pimpinan. "Yang mau lengser siapa. Saya belum mau lengser," ujarnya.
http://ift.tt/1rIDQi8
Akbar Tandjung: Golkar Harus Siap Jadi Oposisi
Selasa, 22 Juli 2014 | 20:21 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan, Golkar siap menjalankan peran sebagai partai oposisi. Menurut Akbar, Golkar akan memerankan fungsi kontrol pemerintahan dari luar jika pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kalah dalam Pilpres 2014. "Golkar harus siap kalau seandainya tidak berada dalam pemerintahan karena Golkar yang sekarang ini Golkar yang era reformasi," kata Akbar di Rumah Polonia, Jakarta Timur, Selasa (22/7/2014).
Bila Golkar positif berada di oposisi, menurut Akbar, partai yang pernah berkuasa pada era Orde Baru ini akan memulai paradigma baru di mana Golkar benar-benar menganut prinsip perjuangan rakyat, mandiri, dan mewujudkan cita-cita reformasi. "Dalam paradigma baru itu antara lain yang menjadi kepentingan kita adalah Golkar yang demokratis, Golkar yang mandiri, Golkar yang sejalan dengan cita-cita reformasi," ucap mantan Ketua DPR RI ini.
http://ift.tt/1nUWpS1
Poempida: Oposisi Hanya Keinginan Segelintir Elite Golkar
30 Jul 2014 12:09
Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar saat ini masih bergabung dengan kubu Prabowo-Hatta. Belum ada sikap resmi dari Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical untuk bergabung pemenang Pilpres 2014 Jokowi-JK atau tetap di luar dan menjadi oposisi. Mantan politisi Partai Golkar Poempida Hidayatullah menilai partai berlambang pohon beringin itu perlu memikirkan secara matang bila mau jadi oposisi. "Partai Golkar adalah Partai besar dan matang bersejarah sebagai pelaku di NKRI. Menyikapi langkah-langkah para pemimpinnya selama Pileg dan Pilpres 2014, dibutuhkan doa secara berjamaah dari seluruh kader Partai Golkar se-Indonesia. Terutama tentang keinginan segelintir para elitenya untuk menjadi oposisi pada Pemerintahan ke depan," jelasnya dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Rabu (30/7/2014).
Politisi muda yang dipecat Golkar karena mendukung Jokowi-JK itu meminta agar arah partai tidak ditentukan Ical berdasarkan emosi semata. Ia meminta agar Ical memperhitungkan untung rugi dan kesiapan Golkar jadi Oposisi. "Semoga pengambilan keputusan tersebut bukan tercetus dari emosi sesaat para elitenya. Sangat benar, keputusan menjadi oposisi adalah hal terhormat pada komposisi berpartai dan bernegara, tentu harusnya, dimulai dengan kronologis langkah-langkah yang terencana matang jauh-jauh hari sebelumnya.
Menurutnya, menjadi oposisi bukan didasarkan karena salah kaprah negosiasi segelintir elite Partai Golkar. Jangan sampai Golkar salah langkah dan menjadi keterusan. "Dan kalau menjadi oposisi adalah keputusan akhir para elite Partai Golkar, semoga langkah dan kiprah Partai Golkar ke depan membawa kesejahteraan bagi internal rakyatnya (kadernya) dan seluruh rakyat Indonesia," tandas Poempida. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad menegaskan, partainya siap menjadi oposisi di luar pemerintahan pasangan presiden dan wapres terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla. Hal itu akan menjadi sejarah baru bagi Golkar sejak partai ini berdiri. "Bahwa Golkar siap oposisi kalaupun kalah dalam pilpres. Artinya agar Koalisi Merah Putih tetap solid gitu. Ini akan sejarah baru. Saya sendiri tidak keberatan, meskipun saya di DPR kan," kata Fadel, Selasa 29 Juli. Sikap oposisi itu kata Fadel mengikuti pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung dan Ketua Umum Aburizal Bakrie.
http://ift.tt/1nUWpS3
Golkar tak akan diterima Jokowi-JK?
Sunday, 27 July 2014 17:32
JAKARTA - Partai Golkar akan sulit diterima oleh parpol koalisi pendukung Jokowi-Jusuf Kalla (JK) jika akan bergabung. Pasalnya Golkar sangat transaksional dalam membangun koalisi. "Golkar akan menghadapi situasi ketegangan internal pasca pilpres. Jika liat kecenderungan Golkar menginginkan merapat ke Jokowi tapi itu tidak mudah," ujar pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito kepada wartawan, hari ini.
Menurutnya, sulitnya Golkar masuk dalam koalisi pendukung Jokowi-JK di pemerintahan karena Golkar pernah ditolak saat akan berkoalisi diawal Pilpres. "Karena tawaran transaksi Ical ditolak oleh kubu Jokowi," imbuhnya.
Arie mengatakan, kubu Jokowi-JK lebih menguntungkan jika membangun koalisi tersebut di dalam parlemen saja dengan parpol-parpol diluar koalisinya. "Jokowi-JK mensyaratkan tanpa transaksi. Jika tidak mau pasti tak ada koalisi," tandasnya
http://ift.tt/1rIDQyw
----------------------------
Secara ideologis, kubu Agung Laksono memang lebih dekat ke PDIP karena dia adalah mantan aktivis GMNI (organisasi mahasiswa nasionalis yang dikenal pro Soekarno/PDIP). Jadi wajar saja kalau Agung Laksono berharap dia bisa merebut kursi Ical sebagai Ketua Umum GOLKAR yang selanjutnya membawa gerbong Golkar di pemerintahan Jokowi kelak. Sementara Akbar Tanjung, dikenal sebagai aktivis KAHMI (alumni HMI), yang tentunya tak akan rela jabatan strategis di Golkar itu jatuh ke tangan Agung Laksono cs.
Sementara diketahui bahwa JK adalah juga tokoh KAHMI, yang pastilah punya gerbongnya sendiri sehingga bagi Akbar Tanjung, saham KAHMI sudah inklusif ada di tangan JK. Makanya sikap Akbar lebih 'berani' untuk mendorong agar Golkar menjadi oposisi saja di pemrintahan Jokowi. Alasannya? Akbar kelihatannya sudah membaca gelagat bahwa Megawati dan Jokowi tak akan mau menerima orang-orang Golkar secara formal atas nama partainya (seperti yang akan dilakukan Agung Laksono kalau dia bisa merebut jabatan Ketua Umum Golkar dari Ical), karena itu bisa mempengaruhi solidaritas di kubu PDIP dan akar rumputnya.
Makanya orang-orang Golkar yang kelak masuk ke kabinet Jokowi-JK, diduga kuat adalah mantan orang Golkar yang beberapa waktu lalu dipecat oleh Ical karena mendukung JK, seperti Poempida atau Nusron Wahid itu contohnya. Itu artinya, meski mereka bekas orang Golkar dan JK juga orang Golkar, tidak otomatis di DPR kelak kubu Golkar akan mendukung pemerintahan Jokowi-JK, karena orang-orang Golkar yang masuk ke pemerintahan Jokowi adalah secara pribadi-pribadi, bukan "utusan" atau "petugas resmi" partai Golkar seperti zama SBY dulu
Put the internet to work for you.
0 komentar:
Posting Komentar