son of ryadz diary : August 01, 2014 at 11:54AM

CAPRES Prabowo memang sangat
fenomenal. Bayangkan, sekitar enam
minggu sebelum pemungutan suara,
elektabilitas Prabowo kalah jauh (22 %)
terhadap Jokowi (46 %).
Tapi, saat pemungutan suara ternyata
Prabowo mampu menempatkan dirinya
seimbang dengan rivalnya itu. Bahkan,
Tim Prabowo-Hatta meyakini Prabowo
menang. Itu pun, Prabowo dikeroyok
oleh lawan-lawannya melalui
sekelompok media massa secara brutal,
jauh dari kaidah pers dengan segala
kode etiknya. Hantaman media terhadap
Prabowo tidak hanya melalui
pemberitaan yang tidak imbang
melainkan secara brutal melalui mutilasi
berita, dilepas dari konteksnya, sehingga
Prabowo selalu disudutkan.
Bukan hanya Prabowo yang dibegitukan,
Tim Prabowo-Hatta pun dibantai secara
sadis. Tiga hari sebelum KPU
mengumumkan hasil penghitungan
suara, sebagai Ketua Timkamnas
Prabowo-Hatta, saya diwawancarai oleh
tiga televisi tentang peluang Prabowo.
Saya jawab, kami yakin Prabow o-Hatta
menang, tetapi jika ternyata nanti kalah,
saya akan kembalikan mandat karena
gagal mengantarkan kemenangan
Prabowo-Hatta.
Saya takkan ikut tim hukum karena tim
hukum dan timkamnas tugasnya
berbeda. Ternyata, salah satu media
memutilasi berita itu dengan
menyiarkan secara berulang-ulang,
"Mahfud MD kembalikan mandat karena
gagal memenangkan Prabowo Hatta."
Beritanya dimutilasi dengan membuang
bagian atas dan bagian bawahnya. Pada
ra pat resmi Tim Prabowo-Hatta tanggal
20 Juli 2014 di Four Season Hotel ada
semangat banyak tokoh di lingkungan
Prabowo-Hatta untuk menggugat ke MK.
Saat itu saya meminta data real count
internal dan berbagai temuan tim saksi
dan data yang ditangani oleh Partai
Keadilan Sejahtera (PKS). Saya katakan
sebagai ketua timkamnas, saya belum
pernah mendapat data apa pun, padahal
kalau akan menggugat ke MK, harus ada
kepastian tentang signifikansi kesalahan
penghitungan dan terjadinya
pe langgaran yang terstruktur, sistematis,
dan masif.
Kalau tidak cermat, kita bisa terjerumus.
Rupanya perdebatan di hotel itu
bersebar ke wartawan karena memang
sangat banyak yang hadir meski
resminya yang boleh masuk dibatasi.
Ketika pers mengonfirmasi hal itu maka
saya pun membenarkan mengajukan
pertanyaan itu. Eh, beritanya dijadikan
panas. Ditulis, "Mahfud Kecewa pada
PKS", "Mahfud Tak Dapat Data Apa pun
dari PKS".
Isinya sekilas benar, tetapi sejatinya
mengadu domba antara saya dan PKS.
Begitu juga soal penarikan diri dari
proses rekapitulasi suara di KPU yang
terkait dengan peran Akbar Tanjung.
Pers tahu bahwa rapat timkamnas yang
dipimpin langsung oleh Prabowo tanggal
22 Juli 2014 itu memutuskan menarik
diri dari proses rekapitulasi di KPU
sesuai dengan usul Akbar Tanjung.
Rapat itu memang tidak steril karena
memang banyak yang ikut nimbrung.
Sebagai ketua timkamnas, saat ditanya
pers, saya jelaskan sebagai informasi
biasa. Kepada pers saya katakan bahwa
pada rapat itu memang muncul tiga opsi.
Pertama, langsung menyiapkan gugatan
ke MK; Kedua, menerima keputusan KPU
dengan legawa sebagai realitas politik;
Ketiga, menolak untuk melanjutkan
rekapitulasi karena KPU tidak prudent
dan tidak mengindahkan rekomendasi-
rekomendasi Bawaslu.
Alternatif ketiga ini diusulkan oleh tim
Akbar Tanjung dan saya ikut
membahasnya pada dini hari di rumah
Akbar Tanjung. Saya sangat setuju usul
Bang Akbar asal Prabowo setuju.
Ternyata, rapat Tim Prabowo-Hatta
siang harinya menyambut dengan
semangat dan setuju dengan usul Akbar
Tanjung. Itulah yang saya
konfirmasikan kepada pers sebagai
informasi biasa.
Tetapi, berita biasa dan usul bagus dari
Akbar Tanjung itu menjadi panas karena
digoreng dengan judul-judul berita yang
provokatif. Ada yang menulis, "Akbar
Tanjung Biang Pengunduran Diri
Prabowo", "Inisiatif Pengunduran Diri
Prabowo datang dari Akbar Tanjung",
dan judul-judul lain yang memojokkan
Akbar Tanjung.
Gorengan berita ini dijadikan alat oleh
lawan-lawan politik Akbar Tanjung di
Golkar dengan ikut menuduh Akbar
sebagai biang kerok yang dikesankan
jelek, padahal usulnya adalah usul yang
baik dan disetujui oleh rapat secara
bulat. Loyalis Akbar pun kemudian ada
yang menyerang saya. Ada yang
mengatakan saya membocorkan rahasia
rapat, padahal itu bukan rahasia dan
pers sudah tahu sendiri apa yang
dibicar akan dalam rapat.
Ada yang menuduh saya disusupkan oleh
Luhut Panjaitan dengan alasan saya
teman dekat Luhut. Padahal, kedekatan
saya dengan Luhut justru menjadi retak
ketika saya memberi tahu padanya
bahwa saya akan bergabung dengan
Prabowo-Hatta. Ada juga yang
menyebarkan foto-foto saya yang sedang
mengacungkan dua jari sambil menuduh
saya berkomplot, mendukung capres
nomor 2.
Padahal, foto-foto tersebut adalah foto-
foto lama yang sudah beredar saat
kampanye untuk PKB pada Pileg Maret/
April 2014. Karena, saat itu saya
berkampanye untuk PKB yang
merupakan kontestan pileg nomor urut 2
maka saya banyak berfoto dengan dua
jari. Gorengan-gorengan, mutilasi berita,
dan sodokan atas Prabowo dan para
pendukungnya ini dipastikan terus
berlangsung sampai keluarnya vonis
MK.
Sebab ada yang punya target, "pokoknya
Prabowo harus kalah". Semoga setelah
keluarnya vonis MK, semua selesai
dengan damai dan kita terus
membangun politik yang lebih beradab.
MOH MAHFUD MD
Pakar Hukum Tata Negara


http://ift.tt/UQaraD



Link: http://adf.ly/qlw8n pers mengeroyok prabowo harus kalah

IFTTT

Put the internet to work for you.

Turn off or edit this Recipe

0 komentar:

Posting Komentar