Jokowi: Maknai Isra Miraj bagian dari revolusi mental
Jumat, 15 Mei 2015 22:40
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk memaknai nilai-nilai Isra Miraj sebagai bagian dari revolusi mental karakter bangsa. Dengan demikian, setiap individu diharapkan memiliki jiwa mandiri dan spirit untuk berdikari.
"Mari kita maknai nilai-nilai Isra Miraj sebagai bagian dari revolusi mental karakter bangsa dalam memantapkan karakter bangsa kita yang memiliki talenta individual, yang kuat daya intelektualnya dan pikirannya serta memiliki jiwa mandiri dan spirit untuk berdikari," kata Jokowi dalam sambutan peringatan Isra Miraj di Istana Negara Jakarta, Jumat (15/5).
Jokowi mengajak seluruh umat Islam dan segenap komponen bangsa di Tanah Air untuk menyadari dan mengimplementasikan konsep pembangunan Indonesia sebagai negara bertuhan, religius, terbebas dari kemiskinan, kesenjangan sosial, menjadi sebuah negara yang adil makmur sejahtera.
"Mari kita maknai nilai-nilai Isra Miraj sebagai bagian dari revolusi mental karakter bangsa," katanya.
Kepala Negara menyebutkan Indonesia akan kuat, sementara radikalisme dan anarkhisme tidak akan punya ruang tumbuh.
"Ketahanan nasional akan kokoh jika kemiskinan dan pengangguran dapat ditanggulangi melalui pembangunan ekonomi, pendidikan, serta pengelolaan zakat yang profesional," kata Jokowi.
Menurut dia, semua pihak harus bertekun untuk menjaga kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial sebagai pilar untuk mewujudkan masyarakat yang rukun, damai bermoral dan berbudaya serta mampu menjaga perbedaan dalam negara yang majemuk.
"Mari singkirkan sifat saling menyalahkan, saling mencela, saling mengejek, merasa diri paling baik dan tidak saling menyembunyikan kesalahan," katanya.
Sebaliknya ia meminta agar semua pihak membangun k ebersamaan kerukunan, toleransi dan rasa saling percaya.
"Saya ajak ulama, tokoh masyarakat, intelektual dan seluruh jajaran pemerintah dan segenap komponen bangsa bersama-sama membangun bangsa dan negara dengan penuh keikhlasan kejujuran dan rasa tanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan generasi mendatang. Pada akhirnya mari kita berbuat yang terbaik untuk pembangunan dan perbaikan masyarakat, umat bangsa dan negara, yang lebih sejahtera," kata Presiden.
http://ift.tt/1FiKDXE
Lantunan Ayat2 Al-Qur'an Langgam Jawa di Istana Negara
Bacaan Alquran Ala Istana Dianggap Bawa Mudharat
Minggu, 17 Mei 2015 | 21:01 WIB
INILAHCOM, Jakarta Tak perlu berbilang hari untuk menuai kritik, respons terhada p langgam bacaan Alquran sebagaimana terjadi saat acara perayaan Isra dan Mikraj Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, segera bermunculan. Langgam bacaan tersebut dianggap membawa banyak kerugian atau mudharat.
Salah satu tanggapan datang dari seorang doktor bidang pendidikan Islam, Dr Ahmad Annuri, MA. Annuri juga tercatat sebagai penulis buku Panduan Tahsin Alquran yang telah menyebarkan cara belajar kitab suci tersebut ke seluruh penjuru Indonesia.
Menurut Annuri, kejadian di Istana Negara saat peringatan Isra Mikraj tersebut membuktikan sabda Nabi Muhammad SAW. Beliau bersabda,"
: .
"Bacalah Alquran dengan lagu dan suara orang Arab. Jauhilah lagu/irama ahlul kitab dan orang-orang fasiq. Nanti akan datang setelahku orang-orang yang membaca Alquran seperti menyanyi dan melenguh, tidak melampaui tenggorokan mereka. Hati mereka tertimpa fitnah, juga hati orang-orang yang mengaguminya." (HR. Tarmidzi).
Menurut Ann uri, cara membaca Alquran sebagaimana telah diprediksi Nabi SAW itulah yang terjadi di Istana Negara kemarin. "Itu tidak boleh terjadi lagi. Cara seperti itu harus dihentikan," kata Annuri dalam tulisan yang tersebar di banyak laman media social.
Persoalannya, kata Annuri, cara membaca tersebut tergolong:
1.Kakalluf, yakni memaksakan untuk meniru lagu yang tak lazim untuk membaca Alquran. Yang paling fatal, kata dia, adalah ketika ada kesalahan niat. "Niatnya seolah merasa perlu menonjolkan citra rasa lagu kenusantaraan atau ke-Indonesiaan dalam membaca Alquran. Itu membangun sikap Hubbul Wathoniyyah (cinta Tanah Air) yang salah.
Menurut Annuri, lagu Nusantara untuk membaca Qur'an bukanlah sesuatu yang layak dan sama sekali tidak sah-sah saja. "Itu akan merusak kelaziman. Muncul pertanyaan, bagaimana kalau lagu kebangsaan Indonesia Raya saat acara kenegaraan diganti dengan langgam atau irama suku Jawa, atau suku lainnya yang ada di Indo nesia?" kata dia.
Cara membaca seperti itu pun menurut dia madharatnya lebih besar dibanding manfaatnya, kalau ada. "Coba bayangkan, bagamana bunyi aamiinnya makmum kalau bacaan Al-Fatihah imam shalatnya berlanggam Jawa atau Papua, misalnya?"
Annuri juga yakin, cara membaca Alquran dengan lagu Nusantara akan cenderung merusak kaidah dan riwayat bacaan Alquran. Yang paling parah, cara membaca Alquran dengan cara tersebut adalah bentuk liberalisasi agama, khususnya tata cara membaca Alquran yang mulia.
http://mozaik.inilah..com/read/detai...-bawa-mudharat
Lantunan ayat Alquran dengan langgam Jawa di Istana jadi perdebatan
Minggu, 17 Mei 2015 19:24
Merdeka.com - Peringatan Isra Miraj di Istana Negara pada Jumat (15/5) lalu menyisakan cerita perdebatan. Lantunan ayat suci Alquran yang dibacakan qori Muhammad Yasser Arafat yang juga dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dengan langgam Jawa menjadi kontroversi.
Acara yang dihadiri Presiden Jokowi, para menteri Kabinet Kerja, pejabat negara dan tamu undangan negara sahabat itu berlangsung seperti lazimnya peringatan Isra Miraj setiap tahun yang digelar di Istana.
Namun ada yang tidak biasa saat qori Yasser Arafat melantunkan ayat suci Alquran. Dengan langgam Jawa dia membacakan Surah An Najm ayat 1-15.
Video bacaan Alquran itu menjadi perbincangan di kalangan pengguna media sosial hingga perdebatan keras. Bahkan sampai ada yang menyatakan, sang qori telah menyalahi aturan dengan menggunakan langgam Jawa.
Bagi yang menolak, mereka merujuk pada hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dan imam At Tabharani -Rahimahumallah- dijelaskan sbb:
Artinya: Bacalah Alquran sesuai dengan cara dan suara orang-orang Arab. Dan jauhilah olehmu cara baca orang-orang fasik dan berdosa besar. Maka sesungguhnya akan datang beberapa ka um setelahku melagukan al-Quran seperti nyanyian dan rahbaniah (membaca tanpa tadabbur) dan nyanyian. Suara mereka tidak dapat melewati tenggorokan mereka (tidak dapat meresap ke dalam hati). Hati mereka dan orang-orang yang simpati kepada mereka telah terfitnah (keluar dari jalan yang lurus).
Namun, status hadits ini sampai kini masih dipertentangkan oleh para ulama.
Selama ini, langgam atau irama dalam membaca Alquran yang lazim digunakan terpengaruh dari timur tengah. Beberapa langgam yang dikenal adalah: Bayyati, Shoba, Hijazi, Nahawand, Sika, Rasta alan nawa, Jiharka, Banjaka.
Namun sebenarnya, membaca Alquran sesuai tuntunan nabi adalah wajib sesuai dengan ilmu tajwid.
http://ift.tt/1FhWNQz
Kontroversi Nada Membaca Alquran
Dua Syarat Tilawah Alquran
Sunday, 17 May 2015, 16:23 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ket ua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Maksum Machfoedz mengatakan, satu hal yang tidak boleh diubah dalam membaca Al Quran yakni standar bacaan. Standar baca tersebut meliputi tajwid dan Makharijul huruf
"Ada Mad (Panjang-pendek), qalqalah, dan lain sebagainya," ucap dia kepada Republika, Ahad (17/5).
Dia memaparkan, seandainya ingin menambahkan langgam dalam bacaan Al Quran, tentu disesuaikan dengan standar bacaan. Jangan malah sebaliknya, standar bacaan yang mengikuti langgam.
Sepanjang standar dipenuhi, lanjut Maksum, rasanya hanya ada perbedaan gaya baca atau lagu saja. "Tapi sungguh tidak pantas kalau sudah menyunat atau memperkosa standar bacaan demi lagu. Sama sekali gak boleh," kata dia.
Seandainya langgam tersebut diterapkan ke dalam bacaan lain seperti shalawatan, azan, suluk dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan lagu dan tata cara ritual lokal, kata Maksum, itu masih diperbolehkan. Sebab, itu juga yang d iterapkan para pendahulu dalam menyiarkan agama islam.
"Bahkan pola syiar seperti itu yang menyebabkan suksesnya Islamisasi dibandingkan cara agama lain yang gagal total," tambah dia.
http://ift.tt/1A7KMhZ
Soal Qiro'at Langgam Jawa di Istana Negara, Ini Kritik Syaikh Abdullah Ali Bashfar
Syaikh Abdullah Ali Bashfar saat berada di Indonesia bersama Ustaz Yusuf Mansur
Islamedia - Pembacaan Al Quran dengan langgam Jawa yang dilaksanakan di Istana Negara dalam rangka memperingati Isra' Mi'raj tak hanya menjadi perbincangan didalam negeri.
Qari' internasional, Syaikh Abdullah bin Ali Bashfar pun ikut memberikan komentarnya mengenai qira'at dengan Langgam Jawa tersebut.
Seperti dikutip dari Fimadani, Ahad (17/05), Sye ikh Ali Bashfar memberikan kritik dan catatan terkait video muratal dengan lagu Dandanggulo macapat Jawa tersebut yang dibacakan oleh Muhammad Yaser Arafat.
- Kesalahan tajwid; dimana panjang mad-nya dipaksakan mengikuti kebutuhan lagu.
- Kesalahan lahjah (logat) . Membaca Al-Qur'an sangat dianjurkan menggunakan lahjah Arab, sebagaimana orang Arab membacanya. Dalam hadist disebutkan: "Iqra'ul qur'aana biluhuunil 'Arobi wa ashwaatiha".
- Kesalahan takalluf, yakni memaksakan untuk meniru lagu yang tidak lazim dalam membaca Al-Qur'an.
Yang cukup berbahaya jika ada kesalahan niat , yaitu merasa perlu menonjolkan kejawaan atau keindonesiaan atau kebangsaan dalam berinteraksi dengan al Qur'an, membangun sikap ashabiyyah dalam ber-Islam.
Dan yang paling fatal jika ada maksud
Beliau mengakhiri catatannya dengan berdoa, "Allahu yahdinaa wa yahdiihim. Semoga Allah memberikan petunjuk dalam menjaga dan menda'wahkan Al-Qur'an. Wallahu a'lam.
http://ift.tt/1FiKDXG
-----------------------------
Kasihan!
Link: http://adf.ly/1HLdNy Baca Al-Qur'an pake Langgam Jawa, Bagian dari Revolusi Mental Jokowi?
Put the internet to work for you.
0 komentar:
Posting Komentar