Kiai: Sosok Jokowi Ada di Al-Quran, Surat Yusuf
SENIN, 26 MEI 2014 | 06:15 WIB
TEMPO.CO, Banjar - Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan, Kiai Haji Wildan Salman mengatakan sosok calon presiden Joko Widodo ada di dalam Al-Quran Surat Yusuf. "Mudah-mudahan yang ada di Surat Yusuf, Allah kumpulkan di Jokowi-Jusuf Kalla," kata Wildan, Ahad, 25 Mei 2014. (Baca: Loyalis Jokowi Pertanyakan Kewarganegaraan Prabowo)
Menurut Wildan, ada empat kriteria pemimpin yang baik di Surat Yusuf yang tercermin pada sosok Jokowi. Pertama, pemimpin itu tidak boleh merasa 'suci' atau benar sendiri. Kedua dan ketiga seorang pemimpin pandai memelihara dan mempunyai wawasan yang luas . Keempat, pemimpin berbuat baik dengan melayani rakyatnya.
"Selain empat kriteria tadi, Jokowi juga punya watak yang adil, takwa, dan sabar," ujar Wildan. Ketika pondok pesantren ini dikunjungi Jokowi, Wildan mengajak santri-santrinya berdoa bersama agar Indonesia diberi pemimpin yang terbaik, seperti yang tercantum di dalam Al-Quran. (Baca: Jokowi Minta Pendukung Tangkap Penyebar Isu Hitam)
Setelah berdoa, Wildan mengajak Jokowi dan rombongannya untuk makan bersama. Gubernur DKI Jakarta itu dijamu dengan nasi samin atau yang juga dikenal dengan nasi kebuli.
http://ift.tt/1rfTl4J
'nabi' mbeling ....
JOKOWI FOR PRESIDENT
Kiai Banjar Sebut Kriteria Jokowi Ada di Surat Yusuf]
Senin, 26 Mei 2014 - 19:57
Martapura, Seruu.com - Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Martapura, Banjar, Kalimantan Selatan, Kiai Haji Wildan Salman mengatakan sosok calon presiden Joko Widodo ada di dalam Al-Quran Surat Yusuf. "Mudah-mudahan yang ada di Surat Yusuf, Allah kumpulkan di Jokowi-Jusuf Kalla," kata Wildan, Minggu (25/5/2014) kemarin.
Menurut Wildan, ada empat kriteria pemimpin yang baik di Surat Yusuf yang tercermin pada sosok Jokowi. Pertama, pemimpin itu tidak boleh merasa 'suci' atau benar sendiri. Kedua dan ketiga seorang pemimpin pandai memelihara dan mempunyai wawasan yang luas. Keempat, pemimpin berbuat baik dengan melayani rakyatnya.
"Selain empat kriteria tadi, Jokowi juga punya watak yang adil, takwa, dan sabar," ujar Wildan. Ketika pondok pesantren ini dikunjungi Jokowi, Wildan mengajak santri-santrinya berdoa bersama agar Indonesia diberi pemimpin yang terbaik, seperti yang tercantum di dalam Al-Quran.
Setelah berdoa, Wildan mengajak Jokowi dan rombongannya untuk makan bersama. Gubernur DKI Jakarta itu dijamu dengan nasi samin atau yang juga dikenal dengan nasi kebuli.
http://ift.tt/1rfTi95
Astaga, Jokowi Disebut 'Nabi'
Senin, 16 Desember 2013, 00:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencitraan yang dibuat maupun yang alami mengenai sosok Joko Widodo telah membuatnya sebagai sosok yang disebut di berbagai media sosial sebagai 'nabi'. Mulai dari akun twitter yang mempunyai follower yang cukup banyak sampai media online.
Pencarian google.com, Sabtu (16/12 ) mengenai kalimat 'nabi jokowi' menghasilkan 1.930.000 hasil pencarian.
Susah untuk menilai 'kenabian' yang dimaksud dari sosok Joko Widodo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jakarta itu. Selain itu, Antara (15/12) melaporkan masyarakat Indonesia juga dinilai mulai tidak rasional terhadap sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi itu.
Ketidakrasionalan itu terlihat dari elektabilitas tertinggi dalam survei nasional Cyrus Network dengan 28,2 persen dibandingkan tokoh-tokoh lainnya.
"Masyarakat terperangkap di antara realitas dan mitos tentang seorang pemimpin seperti Jokowi," kata Direktur Riset Cyrus Network, Eko David Dafianto, saat memaparkan hasil surveinya di Jakarta, Ahad.
Eko mengatakan pemimpin yang baik dan berprestasi termasuk mantan Walikota Solo itu tetap membutuhkan kritik. Bahkan, kata dia, Jokowi juga harus membuka ruang untuk kritik secara luas.
"Publik harus disadarkan bahwa Jokowi itu tetap manusia biasa, bukan ratu adil atau tokoh serba bisa yang akan menyelesaikan seluruh persoalan melalui tangannya," ujarnya.
Eko menjelaskan dari survei yang dilakukannya sebanyak empat kali, sebanyak 66,9 persen responden membicarakan Jokowi. Kemudian, yang membicarakan Jokowi bernada positif sebesar 62,7 persen.
"Sembilan dari 10 orang yang mengenal Jokowi, membicarakannya dengan nada positif. Apapun yang dilekatkan pada Jokowi, akan jadi baik dan bagus. Jokowi sudah jadi mitos, publik tidak rasional lagi dan kehilangan objektivitas dalam memberikan penilaian. Apapun yang menjadi pendapat Jokowi menjadi benar. Siapapun yang mengkritik Jokowi, akan menjadi musuh bersama (public enemy)," tambahnya.
Di tempat yang sama, Pakar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk mengkhawatirkan nama Gubernur DKI Joko Widodo yang merajai hasil survei karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi mantan wali Kota Solo itu.
"Saya khawatir dengan fenomena ratu adil. Sepertinya Jokowi jadi manusia setengah dewa. Ini capres setengah dewa tidak sehat jangan terjebak dengan mitos ratu adil," katanya.
Hamdi menuturkan Indonesia memiliki sejarah pemimpin yang dianggap ratu adil seperti Soekarno dan Soeharto. "Itu tidak sehat," kata Hamdi.
Ia mengatakan banyak pemberitaan Jokowi sudah tidak relevan dengan jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, seperti halnya soal pemberitaan sepatu milik Jokowi.
"Masa sepatu robek saja diberitakan, hal remeh temeh yang tidak ada kaitannya," katanya.
Apalagi, ujar Hamdi, banyak yang mengkritik Jokowi malah di-bully di media sosial. "Kalau mengkritik Jokowi seperti mengkritik dewa, sudah tidak sehat," imbuhnya.
Ia menegaskan fenomena Jokowi ini memperlihatkan kegagalan partai mengusung calon yang dapat menandingi kader PDIP itu. "Itu kegagalan partai karena yang lain nama-nama lama," kata Hamdi.
Ia pun khawatir kompetisi pada pemilu 2014 akan terhambar karena tidak ada pesaing yang dapat menandingi Jokowi, sehingga orang malas berpikir karena akan memilih Jokowi.
Hamdi mengatakan dengan nilai tersebut, Jokowi juga tidak akan mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam Pemilu 2014. Tidak ada pesaing Jokowi dalam bursa pemimpin nasional, membuktikan partai politik gagal total dalam hal kaderisasi.
Padahal, kata Hamdi, persaingan calon presiden menuju pemilu 2014 menarik bila terdapat pilihan alternatif lain selain nama-nama yang beredar di masyarakat.
"Kalau bagus, keluarkan 10 atau 20 orang seperti Jokowi. Ibarat atlet badminton, All England namanya Jokowi, ini menyedihkan, masa yang lain kelasnya tarkam," ujarnya.
Cyrus menggelar survei sebanyak empat kali yaitu pada 21-27 Agustus 2013, 13-17 September 2013, 1-5 Oktober 2013 dan 18-24 November 2013. Metode yang digunakan untu k pemilihan responden adalah multistage random sampling (acak) pada 204 desa/kelurahan terpilih di seluruh Provinsi Indonesia.
Jumlah responden sebanyak 1.020 orang dengan usia minimal 17 tahun. Wawancara dilakukan melalui tatap muka. Tingkat kepercayaan survei adalah 95 persen dengan margin of error sebesar plus minus 3,1 persen.
Sementara itu, elektabilitas capres Prabowo Subianto berada di urutan kedua, yakni 11,7 persen, diikuti Aburizal Bakrie 10,4 persen, Wiranto 9,8 persen, Megawati Soekarnoputri 4,2 persen dan Jusuf Kalla 3 persen.
http://ift.tt/1rfTi96
Jokowi apa adanya ....
---------------------------
Sudah fasih baca sholawat ... Setelah dibilang 'nabi', kini Jokowi disebut Sosoknya ada di Al-Quran surat Yusuf.
Put the internet to work for you.
0 komentar:
Posting Komentar